Salah satu investasi penting bagi fotografer adalah lampu kilat
eksternal. Memang betul kalau kamera sudah dilengkapi dengan built-in
flash, yang fungsinya juga sama dengan flash eksternal. Tapi banyak hal
yang tidak bisa dilakukan oleh built in flash, dan juga kekuatan
pancarannya tentu tidak sekuat yang flash eksternal. Di pasaran banyak
dijual berbagai flash eksternal baik yang bermerek maupun yang merknya
tidak jelas, dan harganya pun bervariasi. Rekan-rekan id-p yang baru
akan membeli flash bisa jadi dibuat bingung karenanya. Nah, artikel kali
ini akan membahas tentang serba serbi flash eksternal yang diawali
dengan sedikit tentang TTL flash.
TTL flash, terobosan teknologi modern dalam flash photography
Kekuatan pancaran tiap lampu kilat itu berbeda-beda, semakin kuat maka
dia semakin mampu menerangi area yang jauh. Yang dijadikan panduan untuk
mengukur kekuatan lampu kilat adalah Guide Number (GN) yang menyatakan
kekuatan maksimal flash dalam jarak (meter). Yang kita perlu pahami
adalah tidak setiap memotret dengan flash kita memakai kekuatan maksimal
itu. Karena cahaya dari flash yang berlebihan akan membuat foto jadi
terlalu terang, bahkan bisa jadi foto kita putih semua. Untuk itulah
kamera modern menyediakan terobosan teknologi TTL flash (Through The
Lens) yang gunanya untuk mengatur kekuatan flash secara otomatis,
sehingga hasil fotonya tetap punya eksposur yang pas.
Control System Basic Structure |
Prinsip kerja metering (pengukuran) TTL flash cukup rumit. Kamera harus
memperhitungkan banyak faktor, seperti jarak obyek yang terukur (dalam
meter), bukaan dan fokal lensa yang dipakai, kecepatan shutter dan nilai
ISO yang dipilih. Pada TTL yang lebih modern, kamera juga
memperhitungkan cahaya lingkungan sehingga bisa didapat hasil yang
berimbang antara flash dan ambient light. Belum lagi kalau kita secara
manual melakukan kompensasi eksposur untuk nilai flash, maka kamera akan
memperhitungkan itu semua. Dari hasil kalkulasi rumit itu kamera
selanjutnya menentukan apakah kekuatan flashnya mau dibuat maksimal
(1/1) atau lebih kecil dari nilai maksimal itu (1/2, ¼, ⅛ dst hingga
angka minimal).
Kabar baiknya adalah, teknologi TTL bisa juga dijumpai juga di built-in
flash kamera, tanpa kita harus membeli flash eksternal. Bagi yang suka
manual, maka sebagian besar kamera DSLR membolehkan kita untuk mengganti
mode flash dari TTL ke manual. Hanya saja di mode manual flash, kita
harus cermat menentukan kekuatan flash yang sesuai supaya hasil fotnya
tidak over atau under.
Mengapa flash eksternal?
External Flash |
Pertanyaan ini sering menghampiri mereka yang baru berkenalan dengan
dunia fotografi. Jawabannya sebetulnya bisa beragam, tapi yang jelas
flash eskternal dibutuhkan untuk mendapat hasil foto yang terlihat
profesional, tentunya dengan set up dan perencanaan yang tepat. Untuk
bisa tahu apakah flash eksternal itu termasuk investasi yang must-have
atau sekedar nice to have, maka simak dulu kelebihan dari flash
eksternal berikut ini :
- flash eksternal punya kekuatan jauh lebih besar, antara GN 24 hingga GN 60 (bandingkan dengan built-in flash yang hanya GN 12)
- flash eksternal punya baterai terpisah, jadi bisa memotret terus dengan flash tanpa membuat baterai kamera cepat habis
- arah keluaran cahaya dari flash eksternal bisa dibelokkan, ke atas atau ke depan (bounce) atau ke kiri kanan (swivel) untuk menghindari cahaya mengarah langsung ke obyek (fotografer kita biasa menyebut bisa geleng-geleng dan angguk-angguk)
- flash eksternal yang mahal bisa memiliki zoom head, jadi bisa mengikuti posisi fokal lensa zoom kamera, umumnya untuk rentang 24-105mm
- flash eksternal bisa dipisah dari kamera, bisa terhubung dengan kabel, ditrigger secara wireless (biasa dipakai di studio atau yang suka strobist)
- durasi nyala flash eksternal tertentu bisa dibuat lebih lama untuk memungkinkan pemakaian shutter speed yang lebih cepat (FP mode)
- flash eksternal bisa dipasang aksesori seperti soft box, diffuser, filter color gel dan semacamnya untuk tujuan tertentu
- kebanyakan flash eksternal bisa memancarkan lampu bantuan untuk auto fokus dalam kondisi gelap, khususnya pemakai DSLR Canon, ini akan menjadi solusi lebih baik daripada AF assist kamera yang menembakkan strobe light memakai built-in flash yang mengganggu
Pilih yang mana?
Dedicated brand (Canon, Nikon, Sony dsb)
Dedicated Brand |
Dalam buku manual kamera sangat dianjurkan memakai flash eksternal yang
merknya sama. Misal pemakai Canon bisa memilih jajaran flash Speedlite
430 EX, 580 EX dan kini yang terbaru 600 EX. Pemakai Nikon bisa memilih
SB700, SB900 dan kini SB910. Flash dedicated yang satu merk menjamin
kompatibilitas dan kehandalan (reliable) serta mencegah resiko rusak
karena perbedaan standar tegangan (setidaknya itu yang ditulis di buku
manual). Flash semacam ini cukup rumit pemakaiannya, karena fiturnya
yang banyak. Kita mesti membiasakan diri dengan menu yang ditampilkan di
layar LCD Sayangnya flash semerk ini harganya cukup mahal, antara 3
sampai 6 juta rupiah. Kalau dana tidak jadi masalah, sangat disarankan
untuk memilih flash eksternal yang semacam ini.
Third party brand
Hidup ini adalah pilihan. Demikian juga dalam memilih produk, selain
pilihan utama ada saja pilihan alternatif lainnya yang bisa dicoba.
Flash eksternal yang harganya cukup mahal menjadi peluang bisnis bagi
pihak yang jeli dengan membuat flash eksternal alternatif yang tentunya
lebih murah. Flash semacam ini dibuat oleh banyak pabrikan seperti Metz,
Nissin, Sunpac, Yongnuo dan sebagainya. Hebatnya lagi, mereka bahkan
sudah memiliki fitur yang menyamai flash dedicated, seperti bisa TTL,
bisa wireless dan bisa zoom head. Tapi TTL yang mereka klaim sebetulnya
adalah hasil reversed engineering, tidak mungkin seakurat TTL dari flash
Canon atau Nikon misalnya. Tidak ada jaminan TTL di flash 3rd party ini
akan kompatibel untuk kamera generasi mendatang.
Third Party Brand |
Selain itu masih ada tanda tanya soal umur dan keawetan flash alternatif
ini. Parameternya sangat ditentukan dari merk flash alternatif, merk
yang cukup bonafid seperti Metz atau Nissin semestinya punya kualitas
yang cukup baik dan juga quality control yang ketat. Tapi flash seperti
Yongnuo mungkin bisa bervariasi, ada yang bertahun-tahun masih bandel
dan ada yang mungkin dipakai beberapa bulan sudah tewas. Ada harga ada
rupa kan..?
Third Party Brand |
Bagi mereka yang dananya terbatas tapi ingin menikmati flash eksternal,
atau yang suka bereksperimen dengan off shoe flash (wireless), ada
baiknya juga menjajal flash murah meriah. Flash ini cirinya harga antara
400-800 ribuan, bentuk mirip seperti flash mahal (pakai empat baterai
AA juga), punya GN agak kecil dan tidak ada fitur advanced seperti TTL
atau zoomhead. Tanpa TTL, kamera tidak mengenali flash eksternal yang
terpasang sehingga perlu sedikit pengaturan lanjutan supaya flash murah
meriah ini berfungsi dengan baik. satu yang perlu diingat, kekuatan
flash eksternal non TTL sepenuhnya diatur oleh kita, alias manual. Kita
yang memilih mau memakai kekuatan maksimal, minimal atau diantaranya.
Kita juga sebaiknya memakai mode manual di kamera, jadi tentukan saja
semuanya secara manual : shutter, aperture, ISO dan flash output power.
Serunya adalah, kita jadi dipaksa banyak belajar tentang eksposur kalau
memakai flash manual, dan seiring banyak berlatih maka kita bisa
terbiasa memakai flash non TTL.
Dari pengalaman saya, flash eksternal alternatif seperti Yongnuo gagal
berfungsi dengan baik bila dipasang di kamera non DSLR seperti Lumix
FZ50 dan Fuji HS20. Kamera non DSLR yang punya flash hot shoe sebaiknya
dipasangkan flash yang satu merk saja (meski cukup sulit untuk mencari
flash merk Fuji atau Panasonic di pasaran).
1 comments:
numpang nanya bang.mengapa lampu yongnou 465 aq sekarang cepat menghabiskan batre.padahal biasanya untuk sekali ganti bisa untuk 1sampai 2rol poto.sementara sekarang hanya bertahan sekitar 10 jepretan saja.
Post a Comment