Monday, December 31, 2012

Hunting Landscape

1. Latihan teknik eksposure yang baik

Shutter speed, aperture, ISO, mode exposure harus di luar kepala. Karena exposure landscape itu emang paling susah karena range cahayanya besar sekali. Pelajari mode manual exposure agar metering tidak ‘lari-lari’. Jangan lupa filter Gradual ND ataupun teknik HDR untuk situasi yang sulit.
http://fotografiindo.blogspot.com/
Contoh cahaya yang sulit
2. Latihan komposisi dasar dan keluar dari komposisi ‘baku’ tersebut

Rule of third memang sangat membantu. Tapi ada kalanya komposisi dead center malah lebih bagus. Perhatikan karakter dari scene dan lihat apa yang mau disampaikan dan cari komposisi yang sesuai. Lagipula, aturan ada juga untuk dilanggar bukan?
Komposisi 'dead center'
3. Latihan di tempat yang sama

Tidak perlu pindah lokasi kalau foto kita belum bagus. Mungkin kita datang pada waktu yang salah. Untuk latihan, gunakan lokasi yang sama tapi waktu yang berbeda. Sebagai contoh pagi, siang, dan sore. Cobalah latihan di hari yang berbeda pula, akan ada perubahan yang sangat signifikan. Hasilnya kita akan mengerti warna, kualitas cahaya, temperatur cahaya yang akan berdampak pada elemen.

http://fotografiindo.blogspot.com/
Gambar Atas Sore Hari, Bawah Pagi Hari

 

4. Latihan di musim yang berbeda

Tiap musim memiliki karakter yang berbeda. Buat yang di Indonesia (kayak gw ada di luar negeri aja ) coba latihan pada musim hujan, pancaroba, dan kemarau. Dengan ini kita akan mengerti warna dan kualitas cahaya serta pengaruh perubahan alam terhadap hasil foto. Kalau kata teman saya sih di Bromo tiap bulan pasti beda keadaannya.



musim, cuaca yang berbeda tapi tempat yang sama

5. Latihan dengan arah cahaya yang berbeda
Side light, top light, back light artinya adalah posisi matahari. Coba dengan berbagai macam sudut datang cahaya yang berbeda dan coba atasi untuk mendapatkan exposure yang baik. Hasilnya anda akan mengerti aplikasi filter dan variasi exposure yang harus diterapkan.
http://fotografiindo.blogspot.com/

6. Banyak lihat referensi

Lihat lihat di internet banyak sekali contoh – contoh foto. Untuk referensi lihatlah foto yang bagus bagus seperti di time catcher atau ke fotograferdotnet atau onexposure

7. Latihan sabar, sabar, dan sabar

Kesimpulannya, jangan duduk di depan komputer terus! Ayo kita keluar cari foto yang bagus..hehehe
Nah kalau udah melakukan hal di atas, jika kita pergi ke lokasi yang eksotis kita bakalan siap dan gak bakal sia sia. Fotografi itu sangat mudah namun juga bisa dibuat sangat susah.

Kunci mendapatkan foto landscape yang sukses adalah peletakan elemen yang tepat. Semua elemen harus saling mengisi, tidak saling bertabrakan. Dengan kata lain, memiliki keseimbangan.
Karena sama halnya dengan komposisi dalam musik,  walapun banyak instrumen yang berbunyi, tetapi terdengar saling bersahutan dan saling mengisi satu sama lain. Intinya, carilah harmoni dari komposisi. Kemudian, usahakan selalu ada foreground untuk menambah daya tarik foto landscape kita. Foreground yang kuat akan membantu mata pemirsa foto untuk menjelajahi seluruh bagian foto, apakah itu mid-ground atau pun background.
Masih ingat rule of third? Aturan klasik ini mengatakan bahwa jika kita membagi frame menjadi 9 buah persegi, maka objek yang diletakan di perpotongan garis akan menjadi lebih menarik.
Garis bayangan ini juga bagus untuk peletakan garis horizon yang membelah langit dengan bagian bawahnya.
Tetapi, aturan memang terkadang dibuat untuk dilanggar, jika kita menginkan porsi langit 50:50 dengan daratan, tidak ada salahnya untuk dicoba. Malah terkadang untuk foto yang terdapat elemen refleksi di dalamnya, komposisi 50:50 terlihat lebih menarik menurut saya.
Komposisi akan sangat berpengaruh pada kekuatan foto landscape kita. Jadi, jangan tergesa-gesa ketika mengambil gambar. Perhatikan baik-baik peletakan elemen dalam foto.

Thursday, December 27, 2012

Apa Itu Kamera Mirrorless?

Kamera mirrorless artinya kamera tanpa cermin, kerap juga disebut kamera EVIL (Electronic Viewfinder Interchangeable Lenses).  Cermin yang dimaksud adalah cermin (mirror) yang dijumpai didalam kamera DSLR. Jadi kamera ini bisa dibilang adalah evolusi dari kamera DSLR dengan meniadakan cermin (dan prisma). Gagasan awal kamera mirrorless hadir memang adalah untuk mengecilkan ukuran kamera dan lensa di DSLR. Di masa lalu, orang yang butuh kamera dengan hasil bagus terpaksa membeli DSLR walaupun tidak suka dengan ukurannya yang besar. Kini pilihan jadi lebih banyak, saking banyaknya malah bisa bikin bingung saat mau membeli.
komparasi mirrorless DSLR
  
Karena masih tergolong baru, kamera mirrorless masih mencari jati diri dengan inovasi dan desain dari tiap merk yang berbeda-beda. Perbedaan yang paling nyata adalah beragamnya ukuran sensor yang dipakai, mulai dari yang sebesar kamera DSLR hingga sekecil kamera saku. Sehingga untuk saat ini saya tidak bisa bilang kalau kamera mirrorless punya kualitas hasil foto yang sama dengan DSLR, karena harus lihat dulu ukuran sensornya :
 
  • sensor DSLR APS-C (Sony, Samsung, Fuji, Canon, Pentax)
  • sensor DSLR Four Thirds (Olympus, Panasonic)
  • sensor kecil 1 inci (Nikon)
  • sensor kecil 1/2.3 inci (Pentax Q)

Keragaman lain adalah dalam hal segmentasi, dimana minimal ada dua kelompok kamera yang dibuat yaitu kelas basic dan kelas advanced. Kelas basic lebih menyerupai kamera saku, bisa dibuat kecil dan minim tombol, bahkan tidak ada dudukan lampu kilat dan roda mode eksposur. Kelas advanced dibuat untuk yang lebih serius dalam fotografi, kamera semacam itu ukurannya agak besar, tombolnya lengkap dan ada roda kendali layaknya kamera DSLR.  

Keuntungan kamera mirrorless

Pertanyaan banyak orang saat ini adalah, apakah saya membutuhkan kamera mirrorless? Atau mengapa saya harus membeli kamera mirrorless? Bila anda adalah fotografer profesional yang membutuhkan kamera kelas atas, yang perlu beragam lensa dan aksesori, tidak ada alasan untuk memakai mirrorless. Tapi bila anda hanya sekedar hobi fotografi, atau perlu kamera yang layak untuk kebutuhan dokumentasi keluarga, atau hobi memotret sambil jalan-jalan tapi tidak ingin membawa peralatan yang besar dan berat, mungkin kamera mirrorless lebih cocok untuk anda.

Satu hal lagi yang menjadi nilai tambah kamera mirrorless adalah kemampuan rekam videonya yang sudah baik, dengan format full HD dan auto fokus kontinu (umumnya lensa yang dibuat untuk kamera mirrorless sudah didesain mumpuni untuk video). Kamera mungil yang hasil fotonya bisa dibilang baik (untuk yang sensornya besar), bisa berganti lensa, oke buat video dan harga cukup wajar, menjadi sisi positif dari kamera mirrorless.

Kerugian kamera mirrorless
 
Kamera mirrorless mencoba membuat dimensi kamera yang kecil, dengan syarat harus menghilangkan cermin dan prisma. Konsekuensinya adalah tidak ada auto fokus deteksi fasa khas DSLR yang cepat dan akurat. Hal ini karena auto fokus di mirrorless mengandalkan apa yang 'dilihat' oleh sensor dengan cara deteksi kontras. Ya, karena di mirrorless prinsip kerjanya sudah seperti kamera digital murni yakni berbasis live view yang artinya kita melihat apa yang dilihat sensor. Bedanya di kamera DSLR, kita membidik dari jendela bidik optik, dan sensor hanya bekerja saat anda menekan tombol jepret. Di kamera mirrorless, tidak ada cermin dan prisma, sehingga live view menjadi satu satunya cara untuk kita melihat dan mengkomposisikan gambar dengan melihat layar LCD (atau jendela bidik elektronik). Dampaknya adalah sensor terus menerus bekerja mengolah apa yang diterimanya dari lensa, sehingga menguras tenaga baterai. Apalagi dimensi kamera mirrorless yang cenderung kecil pasti punya baterai yang ukurannya juga kecil sehingga lebih cepat terkuras.

Bagi yang penasaran akan bedanya auto fokus di DSLR dan di mirrorless, sebagai masukan yang namanya kamera DSLR punya keunggulan di auto fokus berkat adanya modul terpisah berbasis deteksi fasa. Modul ini disebut AF sensor, dengan sejumlah titik AF dan jagoan dalam mengikuti benda bergerak (AF tracking). Sedangkan kamera mirrorless karena tidak punya modul AF terpisah, harus menerima kenyataan kalau auto fokus hanya bisa dari sensor yang berbasis deteksi kontras (seperti kamera saku, kamera prosumer dan kamera ponsel yang bisa auto fokus). Untunglah kamera mirrorless generasi terkini semakin baik dalam hal auto fokusnya karena prosesor kamera semakin cepat dan juga mulai ditanamkan sensor AF deteksi fasa di sensor utamanya.

Kerugian lain yang sifatnya fleksibilitas dan kompatibilitas adalah masih sedikitnya pilihan lensa, dan lensa DSLR yang mau dipasang di kamera mirrorless perlu adapter lagi karena kamera mirrorless berbeda mount dengan kamera DSLR, meski dari produsen yang sama (kecuali mirrorless Pentax APS-C).
 
Para pemain Mirrorless
 
Olympus 
 
olympus om-d 
Memutuskan untuk berhenti total memproduksi kamera DSLR, Olympus benar-benar totalitas dalam terjun di kancah mirrorless. Mengusung format Micro Four Thirds bersama Panasonic sejak beberapa tahun lalu, Olympus sudah banyak memproduksi kamera mirrorless yang dikenal berkualitas dan beberapa punya desain retro klasik. Olympus juga disukai karena punya stabilizer di bodi sehingga lensa apapun bisa mendapat fungsi stabilisasi. Kamera unggulan Olympus saat ini adalah E-M5 (OM-D), E-P3, E-PL3 dan E-PM1. Lensa Olympus yang terkenal adalah 14-42mm f/3.5-5.6, 14-150mm f/4-5.6 dan pancake 17mm f/2.8 yang mungil.
 
Panasonic
 
lumix g5 
Sempat mencoba membuat kamera DSLR namun tidak sukses, Panasonic tidak punya pilihan lain selain terjun ke kancah mirrorless bersama Olympus dengan format Micro Four Thirds. Panasonic dengan brandnya Lumix di masa lalu dikenal dengan OIS-nya yang handal dan lensa Leica-nya yang berkualitas. Jajaran kamera mirrorless Lumix sangat lengkap dan beberapa justru saling overlap dalam desain dan fitur. Produk Lumix mirrorless saat ini adalah Lumix DMC-GH2, DMC-GF5, DMC-G5 dan DMC-GX1. Lumix juga punya dua macam lensa yaitu lensa konvensional yang zoomnya diputar, serta lensa dengan power zoom untuk video.
 
Sony 
 
sony nex7 
Sony sebetulnya cukup aman di segmen DSLR dengan berbagai inovasi termasuk kamera SLT, namun bukan Sony namanya kalau tidak mencoba eksis di segala lini. Tidak tanggung-tanggung, saat Sony terjun di kancah mirrorless langsung memakai sensor APS-C yang termasuk besar untuk bodi kamera yang kecil. Sony menamai kamera mirrorlessnya dengan nama NEX, dengan E-mount yang ukurannya berbeda dengan A-mount untuk DSLR. Diatas kertas hasil foto dari sensor APS-C Sony bisa mengungguli Olympus dan Panasonic yang memakai sensor lebih kecil. Sony bahkan terlihat matang dalam urusan segmentasi produknya yang jelas dengan pilihan Sony NEX-7, NEX-5N dan NEX-C3. Untuk lensa kit Sony punya 18-55mm f/3.5-5.6 OSS yang ukurannya agak besar. Lensa lainnya cukup banyak termasuk lensa 'jalan-jalan' 18-200mm f/3.5-5.6 OSS.
 
Samsung
 
samsung nx210 
Raksasa elektronik Korea ini belum bisa dibilang sukses dalam membuat kamera, berbeda sekali dengan suksesnya Samsung di kancah smartphone. Padahal Samsung terlihat serius dalam dunia imaging, dan keseriusan itu makin terlihat saat mereka mengumumkan untuk ikut membuat kamera mirrorless dengan nama Samsung NX, dan sensor ukuran APS-C. Jadilah Samsung sebagai kompetitor langsungnya Sony dan persaingan akan semakin seru. Saat ini Samsung punya produk yaitu Samsung NX20, NX210 dan NX1000 dan lensa kit 18-55mm f/3.5-5.6 OIS, lensa tele 50-200mm f/4-5.6 dan pancake 30mm f/2.
 
Fujifilm
 
fuji x-pro1 
Fuji yang kurang diperhitungkan di persaingan kamera prosumer mulai terlihat percaya diri saat kamera seri premium mereka ternyata begitu sukses yakni X-10 dan X-100 yang keduanya berdesain retro klasik. Sukses ini tidak lepas dari kematangan Fuji dalam membuat kamera yang mempunyai banyak kendali eksternal dan sensor buatan mereka sendiri berteknologi EXR. Berbekal dari sana, Fuji memutuskan ikut persaingan di era mirrorless dengan sensor APS-C dan memperkenalkan kamera X-Pro 1 yang memakai X-mount. Meski baru ada satu produk kamera, Fuji sudah membuat tiga lensa fix yaitu 28mm f/2, 35mm f/1.4 dan 60mm f/2.4 Macro.
 
Pentax
 
pentax-k01 
Pentax membuat kejutan dengan membuat mirrorless dengan sensor kecil dengan nama Pentax Q dan langsung mendapat kritik pedas dimana-mana. Padahal Pentax bermaksud melakukan miniaturisasi kamera dan Pentax Q ini cukup sukses dalam membuat lensa yang kecil. Tapi seperti tak ingin terus disalahkan, Pentax membuat lagi mirrorless dengan sensor APS-C yang hebatnya, memakai mount yang sama dengan DSLR Pentax. Kamera mirrorless itu adalah Pentax K-01 dengan K-mount yang artinya seluruh lensa Pentax yang ada bisa dipasang di mirrorless K-01 ini. Keren kan..
 
Nikon 
 
nikon 1 
Nikon adalah nama besar di dunia DSLR sehingga membuat mereka tidak begitu tertarik pada kamera mirrorless, yang juga berpotensi merusak penjualan DSLR mereka. Namun pada akhirnya Nikon membuat berita mengejutkan saat meluncurkan kamera mirrorless pertamanya dengan nama Nikon 1 (One) yang merujuk pada ukuran sensor 1 inci (ukuran ini jauh lebih kecil dari ukuran sensor DLSR). Nikon 1 memakai mount baru CX yang punya crop factor 2,7x. Saat ini pilihan kamera Nikon 1 adalah Nikon J1 (dan barusan hadir J2) serta V1. Meski sensornya kecil, tapi sudah memiliki piksel untuk deteksi fasa sehingga auto fokus Nikon 1 bisa sangat cepat.
 
Canon
 
canon eos-m 
Canon adalah produsen kamera yang paling bontot membuat keputusan untuk ikut serta di kancah mirrorless. Saya tadinya sempat ragu apakah Canon jadi atau tidak membuat kamera mirrorless, karena Canon justru membuat kamera prosumer dengan sensor besar yaitu Powershot G1X. Tapi saat diumumkan bulan lalu, teka teki ini terjawab sudah. Adalah EOS-M yang menjadi nama kamera mirrorless pertama dari Canon, dengan sensor APS-C dan mount EF-M. Sebagai lensanya ada lensa fix 22mm f/2 STM dan lensa zoom 18-55mm f/3.5-5.6 STM IS.
 
Kesimpulan
Format mirrorless bisa dibilang adalah masa depan fotografi dan videografi. Tinggal menunggu penyempurnaan di teknologi auto fokusnya, peningkatan kapasitas baterai dan penambahan line-up lensa. Tapi kalau saat ini sudah mendesak untuk membeli kamera mirrorless, coba pertimbangkan hal-hal berikut sebelum membeli : 
 
  • sensor : apakah ingin yang APS-C, Four Thirds atau yang lebih kecil (hal ini pengaruh ke ukuran kamera dan kualitas hasil foto terutama di ISO tinggi)
  • operasi : apakah ingin kamera yang banyak kendali eksternal dan tombol, atau tidak masalah untuk mencarinya lewat menu
  • jendela bidik elektronik : beberapa kamera mirrorless dilengkapi jendela bidik elektronik, bisa dipakai untuk menghemat baterai dan dikala LCD utama tidak terlihat karena silau
  • lampu kilat bulit-in : agak mengherankan bahwa beberapa kamera mirrorless tidak memiliki lampu kilat built-in, sehingga perlu memasang flash eksternal
  • layar LCD : beberapa kamera mirrorless punya LCD flip, ada yang LCD lipat putar dan ada yang LCDnya fixed, lalu ada juga yang LCDnya bertipe layar sentuh
  • kemampuan video : bila anda sangat perlu kreativitas video, carilah kamera yang bisa mengendalikan eksposur manual saat merekam video
  • stabilizer : umumnya stabilizer ada di lensa, membuat ukuran lensa jadi besar dan harganya mahal, bila mau ada juga kamera yang memakai stabilizer di sensor/bodi
  • ergonomi : kamera umumnya kamera mirrorless cukup kecil, kadang ergonomi dan kenyamanan menggenggam jadi korban sehingga memegang kamera jadi sulit dan mudah lepas

Saturday, December 22, 2012

Landscape Fotografi 10 Tips + 1

1. Perhatikan Horizon

Jika kita berhadapan dengan suatu pemandangan, hampir dapat dipastikan kita akan melihat garis horizontal yang membentang dan membelah gambar menjadi dua bagian. Ini disebut garis horizon.
Dalam Fotografi Landscape, jika salah satu bagian lebih menarik. Berilah porsi 2/3 dari frame. Dan yang kurang menarik beri sisanya yaitu 1/3. Memang tidak mutlak, tetapi bila POI berada pada bagian yang 2/3 maka kesannya akan lebih kuat.

2. Pertimbangkan langit

Langit adalah elemen yang cukup penting dalam landscape.
Jika dalam pemotretan langit kurang bagus, usahkan jangan menempatkan pada 2/3 frame. Ini akan menimbulkan kesan yang flat dan membosankan.
Tetapi jika keaadan langit dan awan dalam formasi yang ‘wow’, jangan ragu untuk penuhi frame dengan langit. Gunakan filter untuk meningkatkan kontras dan saturasi langit seperti Gradual neutral density dan Polarizer.

3. Cari Focal Point

Tanah lot sunset - © wiranurmansyah
Tanah Lot
Focal point adalah titik dimana mata kita berhenti pada saat memandang sebuah foto. Tanpa focal point, mata kita tidak akan fokus dalam melihat foto. Seperti jenis fotografi lainnya, fotografi landscape juga membutuhkan focal point. Focal point dapat berupa batu, rumput, ranting, bunga. Apapun yang sepertinya menyatu dengan alam dapat dijadikan focal point. Jangan lupakan pengaplikasian rule of third dalam penempatan focal point.

4. Jangan lupakan foreground

Foreground bisa menjadikan foto kita lebih berdimensi. Ada sense of depth dari foto kita jika kita meletakan foreground dengan benar. Seringkali foreground menjadi POI dari foto landscape kita.
Landscape of dayeuhkolot - © wiranurmansyah
Landscape

5. Gunakan Tripod

Mungkin sejak zaman digital orang sering melupakan tripod. Buat apa tripod, kalau ISO tinggi sudah bagus hasilnya. Lensa-pun sudah ada yang dengan stabilizer. Ups, jangan salah sangka dulu, tripod hukumnya wajib bagi landscaper. Untuk Exposure diatas satu detik (pasti sering lho), tripod sangat dianjurkan. Walaupun tripod agak repot untuk dibawa, tetapi akan membuat anda tersenyum nantinya.

6. Maksimalkan Depth of Field (DoF)

Yang namanya landscape fotografi, pada umumya semua elemen dalam keadaan fokus. Walaupun tidak mutlak, inilah konsep dasar dari fotografi landscape. Untuk itu gunakan aperture sekecil mungkin. Dan jika perlu, terapkan konsep hyporfocal distance. Dan jika kita mengecilkan aperture, otomatis shutter speed akan berkurang dan tripod dibutuhkan.

7. Tangkap gerakan alam

dreamland - © wiranurmansyah
Slow Speed
Mungkin sebagian orang berfikir foto landscape adalah foto yang tenang, damai, kalem dll. Tapi kita bisa menambahkan sedikit drama pada foto landscape kita. Dapat berupa ombak di laut, pohon yang tertiup angin, awan yang berjalan, dsb. Dalam menangkap gerakan seperti ini, dibutuhkan beberapa peralatan pendukung seperti filter ND (neutral density) dan tripod. Jika kita berhasil menangkapnya, foto landscape kita akan terasa “otherworld” dengan mood yang sangat kuat.

8. Bekerja sama dengan cuaca

Cuaca tidak dapat kita prediksi. Kita cuma bisa menunggu waktu yang tepat untuk memotret.
Kebanyakan pemula berfikir foto landscape yang bagus adalah pada saat hari yang cerah. Ini tidak sepenuhnya salah. Foto yang diambil saat hari cerah sudah biasa dan biasa dijadikan foto kalender. Jika kita ingin foto landscape yang sedikit berbeda, memotretlah pada saat cuaca yang tidak biasa. Misalnya saat terjadi badai, mendung, sehabis hujan, langit gelap dengan sedikit sinar matahari, dan kondisi “extrem” lainnya. Foto anda akan lebih berkarakter, karena kejadian yang anda foto barusan tidak akan terulang lagi.

9. Golden hour

Cahaya dari samping akan menunjukan sebuah dimensi dan tekstur yang kuat untuk sebuah objek. Dalam fotografi landscape, cahaya dari samping muncul saat pagi hari dan sore hari.
Pada waktu ini, warna – warni terlihat sangat bagus dan landscape terlihat sangat hidup. Dinamakan golden hour karena warna warni pada waktu ini adalah merah-kuning-seperti-emas. So, memotretlah pada waktu ini ya.

10. Garis dan bentuk

Bermainlah dengan komposisi. Garis dapat menjadi focal point yang sangat kuat karena membantu mata kita menelusuri foto landscape kita.
Garis dapat memberikan kedalaman ruang yang luar biasa, perspective yang berbeda. Temukan garis dalam foto anda dan jadikan itu kekuatan yang hebat!

11. Ganti perspective

Eksplorasi. Jangan hanya terpaku pada satu titik. Temukan view yang berbeda dengan view sejajar dengan tanah, atau naik ke atas pohon. Biarkan imajinasi anda mengalir dan mencari view yang sesuai dengan previsualisasi anda.

Thursday, December 20, 2012

Canon EOS-1D X, Kamera Kelas Berat Untuk Profesional


Canon meluncurkan kamera DSLR flagship mereka di tahun ini yaitu EOS-1D X dengan sensor full frame CMOS 18 MP. Di era sebelumnya, Canon sudah memiliki EOS-1Ds mark III dengan sensor resolusi 21 MP yang cocok untuk dipakai di studio serta EOS-1D mark IV dengan sensor APS-H 16 MP yang disukai fotografer olah raga karena mampu memotret sampai 10 fps. Canon rupanya hendak menghilangkan dualisme ini dan sebagai buktinya EOS-1D X hadir laksana penyatuan 1D dan 1Ds dengan sensor full frame, resolusi tinggi 18 MP dan kinerja cepat 12 fps.

http://bertstephani.com/blog/wp-content/uploads/2011/10/20111026_canon-1DX-London_017.jpg

Sensor yang dipakai pada EOS-1D X berjenis full frame dengan 16 channel, dual line readout yang lebih cepat dari sensor sebelumnya yang hanya memakai 8 channel, single line readout. Maka itu tak heran kalau EOS-1D X mampu memotret sampai 12 fps dengan format RAW dan 14 fps untuk JPG.
Canon melengkapi EOS-1D X ini  dengan tiga buah prosesor. Prosesor yang ada di dalam kamera ini terdiri dari sepasang DIGIC 5+ dan sebuah Digic 4. Dua prosesor DIGIC 5+ dimaksudkan untuk mempercepat pengolahan gambar sedangkan satu Digic 4 yang dipakai di kamera ini digunakan khusus 'hanya' untuk kontrol AF dan metering. EOS-1D X juga menyediakan enam preset untuk memilih titik AF  yaitu Spot, Single Point, Single Point with surrounding four points, Single Point with surrounding eight points, Zone selection dan Automatic AF point selection seperti gambar di bawah ini : 
1DX AF area 

Selain itu beberapa fitur andalan lain diantaranya :
  • 61-Point High Density Reticular AF termasuk 41 cross-type titik AF
  • 100,000-pixel RGB metering sensor
  • continuous shooting sampai 14 fps untuk JPEG (dengan mirror diangkat)
  • ISO 100-51.200 (bisa diperluas dari ISO 50 sampai ISO 204.800)
  • dual joystick di bagian belakang
  • full HD dengan kompresi minimum (memory card 16 GB akan penuh hanya dalam waktu 6 menit)
Kamera yang ditujukan untuk para fotografer profesional ini sudah tersedia pada bulan Maret 2012. 

http://photorumors.com/wp-content/uploads/2011/11/Canon-EOS-1Dx-camera.jpg

Monday, December 17, 2012

Canon 5D mark III, DSLR Full Frame

http://default.media.ipcdigital.co.uk/11134/000001a5c/15bc/Canon-5D-MK-III-front.jpg

Bila sebulan lalu Nikon baru saja mengumumkan kehadiran DSLR full frame D800, maka kali ini giliran Canon yang meluncurkan EOS 5D mark III yang sensornya sama-sama full frame. Canon melakukan banyak perombakan untuk kamera seharga 35 juta rupiah ini, meski dari tampilan luar sepintas tak banyak berbeda antara kamera ini dengan kamera pendahulunya yaitu 5D mark II.
Keistimewaan dari EOS 5D mark III terletak pada kemiripan fitur dengan EOS 1D X namun dalam ukuran bodi yang mirip dengan 7D. Akhirnya Canon memberikan tombol langsung untuk rekam video setelah banyak yang mengeluhkan tidak adanya tombol ini di 5D mark II. Soal resolusi sensor rupanya Canon tidak ingin meniru Nikon D800, karena sensor CMOS di EOS 5D mark III cukuplah dengan 22 MP saja. Berkat gapless microlens dan sistem pengurang noise pada sensor, soal hasil foto di kamera ini noisenya sangat rendah. Apalagi dipakainya prosesor baru Digic 5+ yang diklaim 17 kali lebih cepat dari Digic 4, membuat kamera ini bisa bekerja cepat hingga 6 fps dalam resolusi maksimal.
 
Modul auto fokus juga jauh ditingkatkan di 5D mark III dengan 61 titik fokus, dimana 41 titik diantaranya bertipe cross (silang) yang lebih peka. Kamera dengan bodi magnesium dan weather sealed ini punya layar LCD sebesar 3,2 inci yang lega dan tajam. Urusan fitur in camera HDR yang sedang tren, 5D mark III tak ketinggalan memberi kemampuan ambil 3 gambar sekaligus, lalu align dan hasilkan satu gambar dengan dynamic range yang lebih lebar.
5d3
Tapi yang paling dinantikan dari kamera berbobot hampir satu kilogram ini adalah fitur videonya. Alasannya karena banyak videografer profesional yang memakai DSLR full frame untuk membuat klip video bermutu. Di 5D mark III telah didukung dengan berbagai resolusi video mulai full HD 1080p 30 fps, HD 720p 60fps dan SD 480 30fps dengan MPEG-4. Yang menarik, Canon memberi dua opsi pilihan kompresi video MPEG, yaitu untuk kualitas bisa memilih ALL-I (semua frame berjenis Intraframe) atau untuk efisiensi bisa memilih IPB (lebih umum dipakai di banyak kamera video dan DSLR). Untuk video yang dihasilkan bisa disimpan di CF slot maupun di SD slot, karena 5D mark III menyediakan dua slot memori.

Kamera DSLR Nikon D800


http://www.techcracky.com/wp-content/uploads/2012/02/Nikon-D800.jpgNikon D800 termasuk kamera DSLR Full Frame kelas menengah, yang posisinya berada dibawah kamera profesional D4 dan diatas kamera D600. Keunggulan utamanya adalah resolusi sensornya yang sudah mencapai 36 MP, jauh melewati resolusi kamera DSLR Full Frame lain yang berkisar antara 12 hingga 22 MP. Saat meluncurkan D800, Nikon juga membuat versi D800E dengan perbedaan modifikasi sensor (meniadakan filter anti aliasing), sehingga D800E hasil fotonya lebih tajam dari kamera digital lainnya. Kali ini D800 akan ditinjau dan diuji kemampuannya, dalam review berikut ini.


Fitur utama :
  • resolusi sensor 36 MP
  • titik fokus 51 AF points (15 diantaranya cross type), sensitif hingga -2EV
  • 91.000 piksel metering sensor
  • full HD video, uncompressed via HDMI
  • prosesor Expeed 3
  • HDR mode

Tinjauan fisik dan tombol

Nikon D800 punya ukuran yang cukup besar, dengan grip yang terasa pas dan mantap saat digenggam. Bodinya berbahan magnesium alloy dan sudah diberi seal kedap cuaca dan debu. Logo FX di bagian depan menunjukkan ukuran sensor full frame 36 x 24 mm dan lensa yang terpasang tidak mengalami crop factor. Kompatibilitas dengan lensa DX (lensa yang dibuat dengan diameter lebih kecil, untuk kamera DSLR sensor APS-C) tetap dipertahankan, sehingga D800 bisa dipasangkan dengan lensa Nikon DX. Untuk itu di kamera perlu memilih DX mode sehingga bidang gambar menjadi lebih kecil dengan resolusi 15 MP.
 
http://cdn.pocket-lint.com/images/4Hph/nikon-d800-full-frame-36-megapixel-slr-review-0.jpg?20120402-160943

Di bagian atas masih bisa dijumpai lampu kilat built-in yang berguna (GN 12), misalnya saat kita tidak membawa flash eksternal, atau ingin mentrigger flash secara optical wireless. Di bagian kiri atas tidak ada roda mode dial, melainkan empat tombol akses untuk menu penting seperti ISO, WB, QUAL (quality) dan BKT (bracketing). Dibawah tombol itu ada drive mode selector seperti memilih continuous shooting, self timer maupun quiet shutter. Di kanan atas terdapat tombol langsung untuk rekam video, dan tombol MODE untuk berganti dari mode P/A/S/M. TIdak ada mode Auto ataupun scene mode di kamera ini.
 
D800 back 
 
Di bagian belakang tampak jendela bidik optik berukuran besar, dengan coverage 100%. Didalam jendela bidik kita bisa melihat berbagai informasi tambahan seperti titik fokus yang aktif dan virtual horizon. Bila kita ingin menutup jendela bidik, cukup geser tuas kecil di sebelah kiri jendela dan viewfinder akan tertutup. Untuk mengakses live view cukup dengan menekan tombol LV di bagian bawah, dan kini ada tuas yang bisa dipilih apakah ingin live view untuk memotret atau merekam video. Tombol INFO akan menampilkan berbagai info penting di layar LCD 3,2 inci, dan menekan tombol INFO sekali lagi akan masuk ke beberapa pengaturan yang bisa diakses dengan melihat layar LCD.

slot
Kamera Nikon D800 punya dua slot memori, yaitu satu bertipe SD card dan satu lagi adalah CF card. Baterai yang dipakai bertipe EN-EL15 dengan kapasitas 1.900 mAh yang bisa memotret hingga 900 kali. Nikon D800 bisa dipasangkan dengan battery grip opsional. Sebagai konektivitas, tersedia banyak port di sebelah kiri dan depan, seperti GPS, HDMI, USB, microphone dan remote cord. Tersembunyi di bagian bawah (dekat logo FX) ada tuas dan tombol penting untuk fokus, yaitu tuas Auto dan Manual fokus, serta tombol yang bisa dipakai untuk mengganti karakteristik auto fokus Nikon D800. Modul multi-CAM 3500FX yang dipakai di D800 punya 51 titik AF, dengan pilihan titik auto atau manual. Khusus untuk servo kontinyu (AF-C), kita bisa memilih titik fokus yang aktif saat melakukan tracking obyek, seperti 9, 21 dan 51 titik dinamis. Pilihan lain adalah 3D tracking AF yang akan mencari dan mengikuti obyek berdasarkan kemampuan prosesor kamera dalam mengenali warna dan subyek.

Fitur menarik di D800

Yang cukup menarik dari D800 adalah adanya dua pilihan untuk Auto WB, dimana pilihan kedua akan memberikan foto yang tone-nya agak kekuningan (warm).
 
wb 
 
Selain itu hal menarik lainnya adalah adanya pilihan menyimpan file dalam format TIFF dan compressed RAW.
 
nef 
 
Fitur lain yang cukup berguna adalah mode HDR dimana kamera akan mengambil dua gambar dengan perbedaan eksposur lalu menggabungkan hasilnya sehingga menjadi satu file HDR. Sayangnya D800 tidak bisa menyimpan kedua foto bakal HDR tersebut untuk diolah sendiri di komputer.
 
hdr
 
Satu lagi fitur berguna di D800 adalah Auto ISO yang lebih cerdas. Bila fitur ini diaktifkan, kita bisa menentukan ISO maksimal dan berapa shutter speed minimal untuk fitur Auto ISO ini bekerja. Hebatnya, memilih speed minimal ini kita bisa juga pilih Auto, sehingga kamera akan mendeteksi fokal lensa saat memotret dan memilih shutter speed sebesar 1/panjang fokal.
 
iso

 
Live view dan video

liveview
Dalam modus live view, kamera bisa menampilkan gambar langsung di LCD, lengkap dengan informasi dan histogram. Live view berguna juga untuk menentukan fokus kritikal, misal saat makro. Akan lebih berguna lagi kalau saat di mode live view dilakukan pembesaran gambar dengan menekan tombol zoom in. Hal ini akan membuat detil gambar terlihat jelas dan manual fokus jadi semakin mudah. Agak mengherankan saat live view, auto fokus yang berbasis deteksi kontras bekerja cukup lambat, sekitar satu detik untuk kamera menemukan fokus yang pas. Satu detik untuk kamera seharga 30 juta rupiah termasuk mengecewakan, apalagi kamera mirrorless sudah sangat cepat dalam urusan auto fokus. Dengan menggeser tuas LV ke mode video, maka kamera sudah bersiap untuk mulai merekam video.
 
video 
 
Tidak ada pilihan resolusi video selain HD, jadi tidak ada opsi VGA atau WVGA untuk dipilih. D800 memungkinkan untuk mengganti nilai shutter dan aperture sebelum dan saat sedang merekam video. Tapi karena mekanisme di dalam lensa, merubah besaran diafragma saat merekam video akan menimbulkan bunyi klik yang terekam dalam video. Di sebelah kiri tampilan LCD ada indikator untuk melihat level suara yang terekam. Dalam setting terbaiknya, rekaman video akan memiliki bit rate 24 Mbps yang bakal memenuhi kartu memori dengan cepat. Video akan berhenti merekam setelah 20 menit, atau saat kartu memori telah penuh.

Drive mode
 
drivemode
Pilihan drive mode sama saja dengan DSLR Nikon lain yaitu Single Shot, Continuous (High dan Low), Quiet Shutter, Self Timer dan Mirror lockup. Burst maksimum kamera ini hanya 4 foto per detik (6 foto di mode DX) sehingga kurang cocok untuk meliput olahraga atau momen cepat lainnya. CL atau Continuous Low bisa diatur lewat menu, apaklah ingin 1 fps atau 2 fps sehingga kecepatan tembaknya lebih lambat lagi. Quiet Shutter tidak seperti namanya, kenyataannya tidaklah senyap. Suara shutter masih terdengar hanya agak ada jeda antara cermin terangkat dan shutter bekerja. Tidak seperti di kamera Canon 5D mark III, mode Quiet Shutter tidak bisa digabungkan dengan Continuous shooting. Mirror lock up berguna bila kita mau memotret tapi cermin ingin diangkat dulu untuk mengurangi getaran akibat ‘pukulan’ cermin.

Hasil foto dan resolusi

Sensor 36 MP di kamera D800 memberikan file dengan ukuran 7.360 x 4.912 piksel. Untuk mendapat detail terbaik, perlu lensa yang tajam dan berkualitas tinggi. Satu foto JPG bisa mencapai 20 MB di kualitas tertinggi, sedangkan file TIFF besarnya bisa mencapai 100 MB untuk satu kali memotret. Besarnya ukuran file ini jadi kendala tersendiri apabila foto yang diambil banyak, perlu komputer kencang dan ruang simpan yang besar untuk itu.
 
Sisi positifnya, sensor D800 memiliki dynamic range yang amat baik dan tentu saja detail yang tinggi. Apabila foto ukuran 36 MP di crop jadi file kecil, detailnya masih terjaga dengan baik. Hal ini cocok untuk pemotretan landscape, studio dan potret. Tentu saja, apabila anda tidak ingin memakai resolusi 36 MP, anda bisa memilih resolusi yang lebih rendah seperti 20 MP atau bahkan 9 MP. Sebagai info, foto 9 MP sudah sangat cukup untuk dicetak ukuran besar.
 
Obyek foto berikut saya uji dengan resolusi 36 MP, JPEG Fine. Lensa yang dipakai adalah AF-S 105mm f/2.8 micro.
 
test image 
 
dan saya crop 100% di bagian tengah, hasilnya adalah seperti ini :
 
crop 

Sisi negatif dari banyaknya jumlah piksel dalam sensor D800 adalah kerapatan piksel yang semakin kecil. Hal ini berpengaruh pada kemampuan tiap piksel dalam menangkap cahaya, atau sensitivitasnya berkurang. Akibatnya, noise bisa mulai terlihat di ISO menengah, dan semakin banyak di ISO tinggi. Padahal kamera full frame terkenal punya noise yang rendah di ISO tinggi.
 
ISO6400 
 
Sensor di Nikon D800 memberi karakteristik noise yang cukup wajar. Di ISO 1600 noise mulai terasa, di ISO 3200 cukup banyak dan di ISO 6400 (ISO maksimal yang dianjurkan) noise lumayan tinggi. Dengan menaikkan ISO ke ISO H1 (setara ISO 12800) noise akan semakin parah dan detil foto sudah semakin berkurang. ISO H2 (setara ISO 25600) disediakan untuk kondisi mendesak saja, karena noisenya paling tinggi. Foto diatas contoh crop untuk ISO 6400 dengan fitur High ISO noise reduction dalam posisi OFF.
 
hdr 
 
Fitur HDR cukup berguna bila area yang difoto punya kontras tinggi, dimana kamera akan mengambil dua foto berturut-turut lalu menggabungkannya menjadi satu foto dengan rentang dinamis lebih tinggi. Contoh foto diatas diambil memakai mode HDR dan detil di daerah pohon tampak jelas, sementara tanpa teknik HDR maka di pepohonan akan tampak gelap. Pengaturan di kamera saat mengambil foto diatas memakai exposure differential 3EV dan smoothing normal.

Kesimpulan

Sebagai kamera DSLR Full Frame, Nikon D800 diharapkan mampu memberi hasil foto yang amat baik. Dan nyatanya D800 berhasil memberi hasil foto yang baik dalam hal ketajaman, detil dan dynamic range, meski tergolong biasa saja dalam hal noise di ISO tinggi. Kekuatan D800 juga ada di kinerja auto fokus dan meteringnya, serta berbagai fitur lain yang sudah disebutkan sebelumnya. Spesifikasi video yang sama dengan D4, menjadikan D800 sebagai alternatif ekonomis bagi video maker profesional. D800 juga memberikan banyak fleksibilitas seperti dual slot memori, flash built-in dan DX mode untuk pemilik lensa DX. Kekurangan D800 terutama adalah tidak adanya user setting yang bisa diakses dari roda dial, melainkan harus via menu. Kekurangan lain adalah mode live view yang masih lambat dalam auto fokus. Bagi sebagian orang, 4 fps dianggap sebagai kekurangan dari D800, walau kita semestinya bisa memaklumi kenapa Nikon D800 ‘hanya’ mampu menembak 4 foto per detiknya. Bagi yang tidak perlu resolusi tinggi ataupun fitur video yang canggih, tapi lebih mementingkan kecepatan, Nikon D700 masih tersedia di pasaran (walaupun dibuat hampir 4 tahun yang lalu). Bagi yang dana terbatas tapi ingin punya DSLR full frame, Nikon juga telah mengumumkan kehadiran D600 seharga 20 jutaan, dengan sensor 24 MP, 39 titik fokus dan bodi yang lebih kecil.

Friday, December 14, 2012

Kamera DSLR Canon EOS 1100D

Canon EOS 1100D adalah penerus dari EOS 1000D mengalami sejumlah peningkatan seperti resolusi sensor, jumlah titik AF, modul metering, prosesor dan yang terpenting adalah adanya fitur HD movie. Beberapa fitur dari 1100D pun bahkan menyamai fitur dari 550D/600D sehingga banyak yang bertanya apakah 1100D ini sudah cukup handal untuk dipakai sebagai ’senjata’ para fotografer.
http://cdn.cnet.com.au/story_media/339308984/Canon_1.jpg
Canon EOS 1100D
Sebelumnya mari kita simak apa yang ditawarkan oleh DSLR basic ini :
  • sensor CMOS 12 MP
  • prosesor Digic IV
  • kemampuan merekam HD movie 720p
  • kemampuan metering dengan 63 zone (fokus, warna dan luminance)
  • memakai modul AF dengan 9 titik (satu yang ditengah cross type)
  • mencapai ISO 6400
  • kecepatan burst 3 fps
  • LCD 2,7 inci dengan resolusi 230 ribu piksel
  • HDMI out
  • dijual bersama lensa kit 18-55mm IS mark II
Bila dibanding dengan EOS 600D, maka perbedaannya hanya di megapiksel (12 MP vs 18 MP), resolusi HD video (720p vx 1080p) dan sedikit lebih cepat (3 fps vs 3,7 fps). Selain itu 600D punya layar LCD resolusi tinggi yang bisa dilipat dan bisa mentrigger lampu kilat eksternal secara wireless. Namun keduanya sama dalam hal desain (termasuk pentamirror dan bodi plastik), modul AF 9 titik, modul metering 63 zone (yang persis sama seperti di EOS 7D) dan ISO 6400.
Tinjauan fisik
Kita mulai saja. Bodi EOS 1100D terbuat dari bahan plastik dengan tekstur yang terlalu halus tanpa tekstur, agak terkesan murahan. Gripnya pun akan terasa relatif kecil bagi orang yang bertangan besar. Desain secara umum 1100D memang tipikal Canon EOS pemula dengan bagian atas terdapat tombol ON-OFF, satu roda putar untuk mengatur eksposur, satu mode dial dan satu tombol untuk menyalakan flash. Semuanya terkonsentrasi di sebelah kanan sehingga mudah dijangkau jari telunjuk kanan Flash hot shoe berada di tengah dan diapit oleh built-in flash yang sudah mendukung E TTL-II.
http://static.trustedreviews.com/94/ba6143/f4e3/IMG-1254s.jpg
Canon EOS 1100D
Pada bagian depan terdapat mount untuk tempat memasang lensa, dengan dua titik indikator berwarna putih (untuk lensa EF-S) dan merah (untuk lensa EF). Tidak ada sistem pembersih debu otomatis di EOS 1100D, untuk membersihkan debu anda perlu masuk ke menu untuk mengangkat cermin dan membersihkan debu secara manual. Di sebelah mount lensa ada lampu untuk mengurangi mata merah akibat kena cahaya lampu kilat, dan sebuah microphone mono diatas logo EOS 1100D yang berfungsi untuk merekam suara saat mode movie.
1100D back
Back Side
Pada bagian belakang, tempat dimana berbagai tombol penting dan layar LCD, tertata dengan cukup apik. Pada EOS 1100D terdapat tombol penting untuk mengakses menu cepat yaitu tombol ‘Q’ (Quick Menu) dan ada juga tombol dengan titik merah untuk Live view (yang juga berfungsi untuk memulai dan mengakhiri perekaman video). Jendela bidik optik pada EOS 1100D punya cakupan 95% dan pembesaran 0,8 kali, tentu saja bukan yang terbaik namun cukup terang untuk dilihat. Terdapat roda kecil pengatur diopter untuk menyesuaikan fokus jendela bidik bagi mereka yang berkaca mata. Sayangnya tidak ada sensor yang mendeteksi saat kita mengintip di jendela bidik, sehingga LCD akan tetap menyala saat mata kita menempel di jendela. Penempatan baterai LP-E10 dan memory card terdapat di bagian bawah dengan pintu yang sama, sementara pintu samping bila dibuka akan menampakkan port untuk remote, port HDMI dan port USB, namun tidak ada port untuk menghubungkan mic eksternal.
EOS 1100D dibekali dengan lensa kit EF-S 18-55mm f/3.5-5.6 IS. Lensa dengan mount plastik ini punya diameter filter 58mm dan sudah dilengkapi dengan peredam getar (stabilizer). Pada bagian kiri terdapat dua tuas, yaitu tuas Auto atau Manual fokus (AF-MF) dan satu lagi tuas untuk mengaktifkan stabilizer. Akibat sensor APS-C dengan crop factor 1,6x maka lensa kit ini akan memiliki fokal setara dengan 29-88mm yang sudah mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Ring manual fokus terdapat di paling depan lensa dan ikut berputar saat kamera mencari fokus, tipikal lensa kit murah meriah pada umumnya, singkat kata lensa ini tidak nyaman dipakai untuk manual fokus.
  Tampilan di layar untuk Quick Menu akan nampak seperti ini :
Quick
Quick Menu
Dari info di layar bisa diketahui dengan cepat mode yang sedang dipakai, nilai shutter, bukaan, ISO dsb. Terdapat juga informasi sisa baterai dan berapa foto yang masih bisa diambil dengan memori yang ada. Bila mode dial diputar ke mode Creative Auto akan tampil seperti ini :
CA
Quic Menu (Creative Auto)
 
Mode ini menjadi ciri dari DSLR pemula, dimaksudkan untuk memudahkan yang belum mengerti bagaimana cara membuat latar menjadi blur dan sebagainya. Di Nikon D3100 terdapat Guide Mode yang relatif sama seperti ini.
Kinerja
Kamera EOS 1100D bukan didesain untuk bekerja cepat. Namun ternyata waktu yang dibutuhkan untuk start-up, shutter lag, shot-to-shot dan auto fokus terasa sudah cukup cepat (pengujian memakai lensa kit dan lensa 50mm f/1.8). Suara dari motor lensa yang sedang mencari fokus juga terdengar keras, namun akurasi fokusnya tetap terjaga berkat modul 9 titik AF yang dipakainya. Kita bisa mengganti mode AF dari Auto ke manual point selection dengan menekan tombol AF dengan jempol kanan (tombolnya ada disebelah kanan tombol bintang). Sebagai info, di jendela bidik juga bisa dilihat 9 titik AF dan akan menyala merah bila aktif.
Untuk mode fokus yang disediakan sama saja seperti DSLR Canon lain yaitu terdapat mode ONE SHOT (benda diam), AI FOCUS dan AI SERVO yang untuk benda bergerak. Saat memakai mode AI SERVO, tombol rana harus tetap ditekan supaya kamera bisa terus mencari fokus. Saya rasakan kecepatan dan ketepatan AI SERVO ini lumayan baik saat mencari benda bergerak, meski bila memakai lensa USM pasti akan terasa lebih baik lagi.
metering
Spot Metering Evaluation
EOS 1100D tidak menyediakan fitur spot metering, karena di pilihan mode metering hanya tersedia tiga mode yaitu Evaluative, Center Weighted dan Partial. Sebagai default untuk kebanyakan kondisi pemotretan bisa dipakai mode yang Evaluative, namun untuk kondisi pencahayaan yang lebih kontras bisa pakai mode lain.
Dipakainya sensor CMOS 12 MP dipadu dengan prosesor Digic IV membuat EOS 1100D ini punya kemampuan ISO tinggi yang mengesankan, bahkan pada ISO 6400 sekalipun noisenya masih relatif terjaga dan reproduksi warnanya pun tidak terlalu meleset. ISO 6400 adalah ISO maksimal untuk EOS 1100D, tidak ada pengaturan ISO expansion di Custom Function. Untuk hasil terbaik dari ISO tinggi di kamera ini bisa memakai file RAW lalu diolah sendiri di komputer untuk mengurangi noisenya.
Live-view saat mode foto :
LV
Live-view saat mode foto
  Live-view saat mode movie :
movie
Live-view saat mode movie
Bila tombol live-view ditekan, terdengar suara cermin terangkat sebagai tanda kamera memasuki mode live-view, selanjutnya layar LCD akan menampilkan gambar preview layaknya kamera non DSLR. Kinerja kamera saat live-view juga sudah baik, layar menampilkan preview dengan warna akurat dan tidak kedodoran saat kamera digerakkan. EOS 1100D bahkan bisa menampilkan histogram di pojok kanan atas. Mode auto fokus saat live-view dan saat merekam movie ada tiga pilihan, yaitu deteksi kontras (AF Live), deteksi wajah dan deteksi fasa dengan 9 titik AF (yang terakhir ini paling cepat mengunci fokus namun akan LCD gelap sejenak). Dengan deteksi kontras, kita bisa menggerakkan kotak auto fokus yang berada di tengah ke mana saja di bidang foto dengan menekan tombol empat arah. Begitu tombol rana ditekan setengah, kamera perlu 2-3 detik untuk mengunci fokus. Cukup lama memang, bahkan akan semakin parah bila kondisi cahaya kurang atau memotret sesuatu yang minim kontras. Maka itu gunakan mode ini hanya untuk memotret benda yang tidak bergerak, cukup cahaya dan cukup kontras. Kamera akan meninggalkan mode live-view bila dalam waktu tertentu tidak ada operasi apapun (sekitar 5 detik), guna mencegah sensor menjadi terlalu panas.
 Tidak ada pilihan lain untuk resolusi video selain HD movie 1280 x 720 piksel. Pilihannya hanya apakah kita mau memakai 30 fps atau 25 fps saja. Dengan menekan tombol live-view saat mode dial dalam posisi Movie, maka kamera akan mulai merekam video. Tampilan di layar akan berubah menjadi format 16:9 dalam mode rekam video sesuai format HD video. Picture Style dan Auto Lighting Optimizer juga bisa diaplikasikan pada saat merekam video, meski sayangnya tidak ada pengaturan manual eksposur pada saat merekam video, bahkan ISO pun tidak bisa diganti (hanya ada kompensasi dan penguncian eksposur saja). Selain itu tidak ada continuos focus saat merekam video, kamera hanya mencari fokus sekali saat awal merekam, lalu bila ingin merubah fokus maka hanya bisa lewat manual fokus dengan memutar ring di lensa, atau menekan tombol rana (namun fitur ini perlu di enable dulu di menu).
info
Preview Play Back
Dengan menekan tombol playback (bentuknya segitiga berwarna biru) akan masuk ke hasil foto atau video di kartu memori. Dengan menekan tombol info akan ditampilkan berbagai informasi di layar mengenai parameter foto seperti histogram dan data lainnya seperti gambar di atas. Meski EOS 1100D tergolong kamera pemula, informasi di layar sangat lengkap termasuk RGB histogram pun ada. Sayangnya seperti biasa, Canon tidak menyediakan informasi berapa fokal lensa yang dipakai pada setiap fotonya
Hasil foto 1100D bila memakai ISO tertinggi pun masih cukup baik, apalagi bila cukup cahaya. Sebuah kinerja yang memuaskan mengingat harga jual kamera ini yang terjangkau. Anda bisa dengan tenang memakai ISO 1600 sebagai batas antara kualitas dan noise, sedang ISO 3200 dan 6400  bisa dipilih bila kondisi memaksa.
Kesimpulan
Sebagai penutup, kesan kami terhadap kamera ini cukup memuaskan terutama dalam hal kualitas hasil foto dan ISO tingginya. Ditunjang dengan sensor CMOS 12 MP dan Digic 4 yang mumpuni, soal hasil foto tentu sudah tidak diragukan. Untuk hasil foto terbaik tinggal mencari lensa yang lebih baik, memotret memakai RAW atau memaksimalkan Picture Style saja. Dengan harga 4,5 juta saat ini, sebuah DSLR modern dengan lensa kit IS, bisa HD movie dan punya 9 titik AF tentu sudah tergolong best buy. Apalagi beragam lensa EF, EF-S dan merk 3rd party (Sigma, Tokina dsb) dengan Canon mount bisa dipakai semuanya tanpa kuatir masalah kompatibilitas auto fokus. Titik lemah kamera ini ada pada hal-hal yang tidak berkaitan langsung dengan foto yang dihasilkan, misal material bodi yang tidak semantap EOS diatasnya, layar LCD yang kurang besar dan kurang detil serta ada beberapa fitur yang dihilangkan (spot metering, anti debu, manual eksposur saat merekam video). Selain itu burst kamera ini  cuma 3 fps yang masih dirasa kurang cepat.

Review lensa Nikon AF-S 18-300mm VR

http://cdn.ndtv.com/tech/images/gadgets/nikkor-lenses.jpg
Nikon 18-300mm VR
Pemakai DSLR Nikon tentu kenal satu lensa zoom yang biasa disebut dengan lensa sapujagat, yaitu AF-S 18-200mm VR. Lensa ini disebut sapujagat karena dengan lensa ini pemakainya bisa memilih fokal dari wideangle (18mm) hingga telefoto (200mm) tanpa perlu berganti lensa. Tahun ini Nikon membuat satu lagi lensa yang rentang fokalnya bahkan lebih panjang yaitu AF-S 18-300mm VR, sehingga fokal efektifnya ekivalen dengan 28-450mm. Kali ini saya coba sajikan review singkat mengenai lensa baru ini, baik secara kesan pemakaian, kinerja dan tentunya kualitas optik.

Lensa Nikon AF-S 18-300mm VR ini termasuk lensa DX yang didesain khusus untuk DSLR dengan sensor APS-C. Ditinjau dari ukurannya memang lensa ini sudah termasuk besar dengan bobot lebih dari 800 gram dan panjang 120mm dan punya diameter filter 77mm. Lensa seharga USD 1000 ini masih tergolong lensa kelas konsumer, dengan ciri bodi terbuat dari plastik dan belum ada weatherseal layaknya lensa pro. Tapi lensa ini punya beberapa nilai plus seperti adanya jendela pengukur jarak, ring manual fokus yang bisa diputar di mode AF (ditandai dengan adanya tuas berkode M/A-M), dan switch pengunci di posisi 18mm supaya tidak melorot saat lensa menghadap bawah.

Lensa yang punya 19 elemen (3 diantaranya ED dan 3 lagi aspherikal) ini akan semakin memanjang saat zoomnya diputar ke fokal tele, hingga mencapai panjang 220mm. Bukaan lensa ini juga akan mengecil saat dizoom, mulai dari f/3.5 di posisi 18mm, lalu mengecil jadi f/4 di posisi 28mm, f/5.3 di 50mm dan f/5.6 di 70mm. Dari 70mm hingga 300mm bukaan maksimalnya konstan di f/5.6 sehingga rentan blur bila kurang cahaya. Untuk itulah fitur VR terasa sangat dibutuhkan buat lensa ini. Nikon mengklaim VR di lensa ini bekerja hingga 4 stop, dengan dua mode yaitu Normal dan Active. Active mode bisa dipilih bila kamera dipakai di tempat yang tidak stabil/diam seperti didalam mobil yang bergerak.
http://default.media.ipcdigital.co.uk/11134/000002145/7e84/AF-S-DX-Nikkor-18-300mm-f3.5-5.6G-ED-VR-main.jpg
Nikon AF-S 18-300mm VR
Penempatan tuas VR, fokus, switch 18mm semuanya di sebelah kiri dan mudah diakses dengan jempol kiri kita. Ring manual fokus berada di bagian belakang lensa, sementara ring untuk zoom berada di depan dengan ukuran yang pas. Putaran zoom terasa mantap saat diputar, tidak terlalu longgar atau sebaliknya. Skala indikator fokal hanya menyediakan angka 18mm-28mm-50mm-105mm-200mm-300mm dan untuk mendapat fokal lensa selain itu kita perlu menebak. Bahkan saat saya memutar lensa di posisi 200mm, data di EXIF menunjukkan fokal lensa adalah 195mm (ada sedikit deviasi disini). Ini adalah kompromi dari lensa yang termasuk superzoom, berbeda dengan lensa zoom yang rentangnya lebih sempit/pendek.

Kinerja 
Tidak ada keluhan mengenai kinerja auto fokus dari lensa ini. Motor SWM didalam lensa AF-S ini bekerja cepat dan suaranya terdengar lembut. Ring manual fokus di lensa ini bisa diputar kapan saja, meski tuas selektor fokus di lensa ada di posisi M/A. Berguna bila kita memakai auto fokus lalu setelah fokus didapat kita merasa perlu merubah sedikit jarak fokusnya. Di lensa Nikon yang murah meriah (misal lensa kit), kita harus menggeser tuas fokus di lensa dari A ke M barulah kita bisa melakukan manual fokus. Jarak fokus minimum lensa ini sendiri cukup lumayan dengan 45 cm di seluruh panjang fokal, kita bisa dapatkan foto close up yang punya rasio perbesaran 1:3.2 lumayan buat sekedar memotret benda yang cukup dekat.
Fitur Vibration Reduction (VR) di lensa ini sudah generasi kedua, dengan klaim 4 stop dan ada dua mode (Normal dan Active). Dari pengujian yang dilakukan di fokal 300mm, VR yang diaktifkan bisa mendapatkan foto yang tajam meski memakai speed lambat antara 1/30 hingga 1/20 detik. Seperti biasa, untuk mendapatkan hasil terbaik kita tetap harus memegang kamera dengan stabil, lalu tombol shutter ditekan setengah (VR akan mulai bekerja), tunggu sejenak sampai gambar di jendela bidik tampak stabil barulah foto diambil.

Test tanpa VR :
      vr off
Dengan VR diaktifkan :
     vr on

Optik dan bokeh 
Untuk mendapatkan bokeh yang creamy dari lensa dengan bukaan kurang besar memang bukan hal mudah. Apalagi mulai dari 70mm lensa ini hanya bisa membuka maksimal f/5.6. Tapi dengan memakai fokal tele antara 200mm hingga 300mm kita masih bisa dapatkan gambar latar belakang yang out of focus, meski tidak sebaik lensa bukaan besar.
http://lgcameraworksii.files.wordpress.com/2012/03/bokeh-night-found-image.jpg
Optik dan Bokeh
Secara umum kinerja optik dari lensa ini patut diacungi jempol. Ketajaman dan reproduksi tonalnya baik, meski lensa ini memiliki fokal yang panjang dan punya banyak elemen optik didalamnya. Pada bukaan maksimal pun foto yang dihasilkan masih tajam, dan softness mulai dirasakan cukup nyata di fokal terpanjang 300mm. Distorsi lensa termasuk wajar dengan adanya barrel distortion di posisi wide dan akan berkurang saat lensa dizoom menjauhi fokal 18mm.

Kesimpulan
Lensa AF-S 18-300mm merupakan lensa superzoom terpanjang saat ini, dengan zoom power 16x yang tentunya membuat lensa ini serba bisa dipakai dalam bermacam kondisi pemotretan. Kepraktisan tanpa harus repot berganti lensa ini harus dibayar dengan harganya yang tinggi dan bobotnya yang berat. Saya menyukai kinerja VR-nya, bekerja dengan baik dan ini sangat dibutuhkan mengingat lensa ini punya fokal hingga 300mm. Kualitas optiknya pun baik, anggapan kalau lensa zoom yang terlalu panjang akan membawa dampak ke penurunan kualitas optik bisa ditepis oleh lensa ini.

 
Design by fotografer.net