Timelapse photography adalah pengembangan dari bidang fotografi
yang menjadikan sekumpulan foto yang diambil dalam periode tertentu
menjadi sebuah klip video pendek. Periode pemotretan umumnya berdurasi
lama, bisa hingga berjam-jam, sedangkan timing pengambilan foto bisa
dibuat berkala setiap beberapa detik hingga menit, tergantung kebutuhan.
Obyek yang difoto biasanya adalah obyek yang punya gerakan sangat
lambat, seperti gerakan awan, matahari, bulan, bintang dan sebagainya.
Meski begitu timelapse boleh juga dipakai untuk merekam gerakan yang
lebih cepat seperti manusia yang berjalan, meski nanti hasilnya gerakan
manusia itu akan tampak sangat cepat.
Tujuan dari timelapse photography pada awalnya adalah untuk
kebutuhan penelitian, dimana gerakan yang sangat lambat direkam dan
ditampilkan dalam laju yang dipercepat untuk diamati gerakannya (hal
yang berkebalikan dengan slow motion video). Untuk gerakan yang amat
sangat lambat bahkan timelapse bisa dibuat periodik dalam
hitungan menit (bukan detik), misal untuk mempelajari pertumbuhan
tanaman / bunga, peneliti memotret setiap 15 menit selama berhari-hari.
Kini timelapse menjadi lebih mudah karena sudah didukung oleh
peralatan fotografi modern dan banyak contoh yang menginspirasi para
fotografer untuk membuat konsep serupa. Tentu saja tantangan yang lebih
sulit adalah menemukan ide apa yang mau difoto, berapa lama durasinya
dan barulah memikirkan teknis fotografinya.
Time-lapse |
Timelapse photography perlu juga mengenal patokan frame rate video yang baku, yaitu 24 fps. Sehingga kita harus paham kalau kita memotret timelapse
setiap 1 detik dan mengambil sebanyak 24 foto maka saat dimainkan dalam
bentuk video klip, durasinya hanya 1 detik saja. Frame rate video 24
fps dijadikan standar minimal untuk sebuah tayangan video dianggap punya
gerakan yang mulus dan tidak terkesan patah-patah. Jadi asumsikan kita
ingin menggabungkan foto-foto timelapse kedalam klip video yang
mulus, maka jadikan 24 fps ini sebagai patokan awal dalam menghitung
durasi dan periode pemotretan, meski boleh saja memilih frame rate 15
atau 20 fps bila mau.
Intervalometer |
Cara mudah mencoba teknik timelapse adalah dengan memakai fitur
di kamera yang bernama interval shooting, atau bila di kamera tidak ada
fitur itu bisa membeli alat bernama intervalometer. Tinggal
tentukan di kamera parameter yang kita mau seperti setiap berapa detik
kamera akan mengambil foto, dan berapa foto yang mau diambil. Misal kita
akan ambil foto setiap 10 detik (atau setara dengan 6 foto per menit)
maka bila kita ingin memotret selama 60 menit, maka di kamera kita perlu
set jumlah fotonya adalah 360 frame. Tapi yang perlu diingat, dengan
foto sebanyak itu dan yang diambil selama 1 jam, kalau dijadikan klip
video 24 fps ternyata hanya akan jadi video berdurasi 15 detik saja.
Untuk itu perhitungan yang matang diperlukan sebelum mencoba teknik timelapse ini.
Untuk teknis dan prosedur pemotretan timelapse sebenarnya cukup
standar seperti memakai mode manual (termasuk manual ISO dan WB),
memakai tripod dan karena kamera akan terus hidup selama periode
pemotretan, pastikan baterai mampu bertahan (bisa dengan battery grip
atau pake listrik kalau memungkinkan). Setting file cukup pakai JPG dan
resolusi rendah saja untuk memudahkan proses konversi ke video. Program
merubah sekumpulan foto menjadi video juga sudah banyak tersedia seperti
Quick Time Pro atau bisa juga dijadikan animated GIF bila fotonya berukuran kecil.
0 comments:
Post a Comment